Bismillahirrahmanirrahim

29 Juni 2011

Pada abad ke-20 kita telah terbiasa mengaitkan kecerdasan tinggi dengan buku, kaum intelektual, dan akademik. Namun menurut definisinya, kecerdasan merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Jika mobil anda mogok di tengah jalan raya, siapakah orang yang paling tepat untuk mengatasi keadaan tersebut? Apakah orang yang bergelar Doktor dari universitas terkemuka ataukah montir mobil yang berpendidikan SMP? Kalau anda tersesat di sebuah kota besar, siapakah yang akan sangat membantu anda?seorang Profesor linglung ataukah anak kecil yang mempunyai kemampuan mengenal arah?kecerdasan bergantung pada konteks, tugas, serta tuntutan yang di ajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nilai IQ, gelar perguruan tinggi atau repuatsi bergengsi.

Penelitian mengenai prediksi nilai IQ membuktikan hal ini.meskipun tes kecerdasan secara konsisten meramalkan kesuksesan di sekolah, tes ini tak berhasil menunjukkanapakah murid akan berhasil atau tidak setelah terjun ke dunia nyata. Sebuah studi yang telah dilakukan terhadap para professional yang sangat sukses memperlihatkan bahwa sepertiga dari mereka mempunyai nilai IQ yang rendah. Jelaslah bahwa tes IQ hanya mengukur sesuatu yang lebih tepat disebut BAKAT SEKOLAH, sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai keterampilan yang jauh lebih luas. Oleh kaarena itu, tidak mengherankan bila kebanyakan dari kita masih termenung-menung memikirkan nilai IQ kita yang sebenarnya.

Setiap orang memiliki bakat yang terpendam di dalam dirinya sendiri. Maka keluarkanlah bakat terpendam anda. Seperti yang pernah dikatakan Ben Franklin, “jangan sembunyikan bakat mu. Gunakanlah bakat-bakat itu. Apalah arti jam matahari bila tertutup bayangan?”.

Bersiap-siaplah keluar dari kungkungan, dan segera ketahui betapa pintarnya diri Anda!

untuk menumbuhkan prilaku cerdas memang cukup lama. Jangan pernah menyerah di tengah jalan untuk menumbuhkannya. ingatlah, Michaelangelo membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk melukis Kapel Sistina dan Goethe menghabiskan waktu hampir enam puluh tahun untuk menulis karya besarnya Haust. Hal-hal baik memang menbutuhkan waktu.


source: buku 7 kinds of smart, Thomas Armstrong, Ph.D


Artikel Terkait: